
Pentingnya Menulis dan Kenapa Harus Menulis
Oleh: Lasma Farida, S.Ag
Guru MTsN 2 Bener Meriah
Mahasiswi Pascasarjana IAIN Lhoksumawe
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan pentingnya menulis dan kenapa seseorang itu harus menulis. Kegiatan menulis merupakan salah satu bagian dari kegiatan literasi. Kemampuan berliterasi tidak terlepas dari kemampuan berbahasa. Dari kemampuan berbahasa berarti sudah mendapatkan beberapa kemampuan dasar dalam berbahasa yaitu: menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan mengenali serta memahami ide-ide secara visual. Ada banyak hal yang menyebab rendahnya kemampuan literasi di sebuah sekolah, sementara kegiatan literasi sedang digalakkan oleh pemerintah dalam bidang pendidikan dan dalam semua ranah kehidupan. Hal ini menjadi tantangan dan peluang untuk mengembangkan kemampuan menulis. Dengan demikian maka menulis itu penting dan kenapa harus menulis. Berdasarkan kajian kepustakaan, pengalaman penulis, dan observasi langsung di lapangan dalam tulisan sederhana ini diuraikan secara ringkas beberapa hal yang menyatakan bahwa menulis itu penting dan kenapa harus menulis. Beserta tips menjadi penulis produktif di sela kesibukan dan tips menulis bagi pemula. Lalu dilanjutkan dengan quotes tentang menulis.
- Pendahuluan
Penulisan ini dimulai dengan sebuah quotes yang disampaikan oleh guru penulis sewaktu di Aliyah. “Menulislah yang penting dan yang penting menulis.” Quotes ini relevan bila diaplikasikan dengan pembahasan yang dikaji dalam tulisan sederhana ini dengan judul “Pentingnya Menulis dan Kenapa Harus menulis”. Artinya, belajar masalah apa saja tidak sulit dilakukan asalkan menulislah yang penting dan yang penting menulis. Tentu saja hal ini tidak semudah membalik telapak tangan, sangat didukung oleh keinginan terbesar dari dalam jiwa seseorang yang ingin menulis.
Menulis itu mudah harus dikerjakan dan segera dilakukan. Menulislah jangan biarkan gagasan brilian itu hilang tanpa makna dan menghilang tanpa jejak. Yakinilah bahwa menulis itu mudah. Diawali dengan menuturkan berbagai pengalaman pengetahuan yang selama ini terpendam dalam pemikiran karena pekerjaan menulis dinilai seolah hanya dilakukan akademisi. Pemikiran ini harus diabaikan. Pekerjaan menulis milik semua orang. Semua orang dapat melakukannya. Menulis merupakan pekerjaan mulia, menulis merupakan bagian dari dakwah dan niatkan menulis itu sebagai ibadah. Sehingga pekerjaan menulis dapat dilakukan tanpa susah. Menulis “wajib” dilakukan oleh setiap manusia berpengetahuan didukung dengan keinginan dan kemauan[1].
Untuk menulis dibutuhkan membaca, kegiatan membaca harus menjadi “budaya” bagi penulis. Semakin banyak yang dibaca akan semakin banyak pula bahan pendukung penulisan sehingga menulis itu akan menjadi “budaya” bagi penulis tersebut. Untuk menuju kesuksesan dalam segala sektor, seseorang harus cerdas, kecerdasan seseorang dapat terbaca dari ketajaman analisa yang dilakukan sebagai hasil membaca[2]. Kegiatan menulis yang dibarengi dengan membaca akan lahir suatu kecanduan untuk terus menulis dan menulis.
Sekolah merupakan sebuah lembaga Pendidikan yang tidak terlepas dari kegiatan menulis dan membaca. Sekolah adalah salah satu tempat yang pertama sekali memperkenalkan tentang menulis dan membaca kepada peserta didiknya. Kegiatan menulis lebih bermakna dan terasa sangat penting dan harus dilakukan oleh lembaga pendidikan jika dibandingkan dengan lembaga lainnya.
- Kegiatan Literasi
Semula kata literasi merupakan kata yang masih asing didengar dan merupakan istilah baru yang belum diketahui maknanya. Seiring perkembangan zaman kata literasi semakin populer di seluruh lapisan masyarakat. Terlebih di dunia pendidikan, literasi menjadi bagian dari suatu kegiatan belajar dan mengajar.
Apa yang dimaksud dengan literasi? Kata literasi mengandung makna yang komplek dan dinamis sehingga banyak yang mendefinisikannya dari berbagai sudut pandang dari lapisan masyarakat tersebut.
Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.[3]
Pengertian ini berdasarkan referensi dan sudut pandang yang sebagaimana diuraikan berikut ini. Dalam bahasa latin disebut literatus artinya orang yang belajar. National Institut for Literacy menjelaskan bahwa literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Selanjutnya Education development Center (ECD) juga menjabarkan pengertian literasi merupakan kemampuan individu untuk menggunakan potensi serta skill yang dimilikinya, dan tidak terbatas hanya kemampuan baca tulis saja. [4]
Berdasarkan uraian pengertian literasi di atas dapat dikatakan bahwa literasi tidak terlepas dari kemampuan berbahasa. Selain itu juga bisa dikatakan bahwa literasi merupakan kemampuan atau kualitas melek aksara. Dari kemampuan berbahasa berarti sudah mendapatkan beberapa kemampuan dasar dalam berbahasa yaitu: menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan mengenali serta memahami ide-ide secara visual. Kemampuan dasar dalam berbahasa ini merupakan pondasi utama dalam pengembangan literasi seterusnya.
Literasi selanjutnya berkembang bukan hanya sebatas membaca dan menulis saja. Namun sudah berbeda dan berkembang secara pesat. Literasi juga mencakup pengetahuan seseorang berkomunikasi di dalam masyarakat. Dewasa ini juga literasi sudah menjadi trend dalam kehidupan masyarakat milenial. Literasi menjadi bagian terpenting di dalam kehidupan manusia yang sekarang ini penuh kecanggihan dan teknologi. Literasi bukan saja merupakan modal dalam mengeluti dunia tulis menulis, juga sangat diperlukan dalam segala lini kehidupan. Literasi merupakan kunci bagi manusia untuk berproses menjadi manusia yang berpengetahuan dan berperadaban tinggi.
Begitu pentingnya literasi dalam berbagai lini kehidupan, maka tidak heran bila saat ini literasi mulai digalakkan oleh pemerintah. Konon lagi masyarakat di negara tercinta ini belum membudayanya membaca apa lagi menulis. Sementara kemampuan literasi itu salah satu cara tempuhnya adalah dengan banyak membaca buku. Sayangnya budaya membaca tersebut masih rendah di banyak daerah sehingga sudah dapat dipastikan kemampuan literasi masyarakat Indonesia juga berimbas hal yang sama. Bagaimana dengan pernyataan di atas yang menyatakan bahwa literasi merupakan kunci bagi manusia untuk berproses menjadi manusia yang berpengetahuan dan berperadaban tinggi?
Kemampuan literasi rendah jika di kaji dalam dunia pendidikan yang merupakan wadah mendapatkan ilmu pengetahuan. Ada beberapa hal yang menyebabkan kemampuan literasi di sekolah rendah, antara lain adalah:
- Guru memiliki minat baca yang rendah
- Belum membudayanya membaca di sekolah
- Perpustakaan sekolah kurang memiliki buku yang menarik minat baca anak.
- Partisipasi sekolah yang kurang dalam kegiatan literasi
- Kurangnya perhatian, kepedulian dan motivasi dari stakeholder dalam memupuk budaya literasi dan penggiat literasi.
- Perpustakaan yang masih belum tertata dan terkelolah dengan baik serta minimnya buku bacaan yang tersedia
- Sekolah tidak memiliki kegiatan mengembleng guru dan peserta didiknya untuk menjadi insan yang melek literasi.
- Kemampuan guru di dalam menerapkan pembelajaran berbasis literasi masih rendah.
- Penggiat literasi acap kali berjuang sendiri tanpa adanya perhatian dari warga sekolah dan instansi yang terkait.
Kegiatan literasi merupakan suatu wujud belajar sepanjang hayat dengan meningkatnya kemampuan literasi kualitas hidup masyarakat juga akan meningkat. Maka dari itu sangat diperlukan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan Literasi Sekolah memperkuat gerakan pertumbuhan budi pekerti sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 23 Tahun 2015. Hal ini juga dipertegas revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 menjadi PP Nomor 19 Tahun 2017 tentang guru dilakukan sebagai upaya mengembalikan jati diri guru sebagai pendidik profesional yang mampu melaksanakan pendidikan karakter yang lebih komprehensif, serta membawa dampak yang lebih besar pada peradaban bangsa.
Kegiatan literasi yang dilakukan oleh guru sangat dihargai oleh pemerintah sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) terdiri dari tiga komponen yaitu: kegiatan pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif.[5]
Ketiga komponen ini tidak terlepas dari kegiatan literasi yang dilakukan oleh guru dan sekolah. Maka dari itu bagi seorang guru kegiatan menulis itu penting dan harus. Karena dengan meningkatnya kegiatan menulis maka kegiatan membaca juga meningkat.
- Pengertian Pentingnya Menulis dan Kenapa Harus Menulis
Setelah mengetahui definisi literasi dan bagaimana literasi itu sebagaimana dijelaskan di atas. Dapat dikatakan bahwa menulis itu penting dan harus. Terutama bagi seorang guru sebagai salah satu pilar utama dalam Pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana diamanatkan dalam UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 yang merupakan Tujuan Pendidikan Nasional.[6]
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kelima (KBBI V) kata “penting” mempunyai arti: pokok; utama; sangat berharga; berguna. Kata “kenapa” merupakan kata tanya untuk menanyakan sebab atau alasan. Selanjutnya kata “harus” artinya adalah: wajib; mesti; patut. Sedangkan kata “menulis” merupakan suatu kegiatan membuat huruf dengan pena; melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang.[7]
Berdasarkan penjelasan yang berujuk ke KBBI V maka dalam jurnal ini, penulis merumuskan pengertian “pentingnya menulis” merupakan suatu tindakan utama yang dilakukan oleh seseorang agar apa yang ada dalam pikirannya menjadi sesuatu yang dapat dibaca, dilihat dan juga didengar oleh orang disekitarnya. Selajutnya pengertian “kenapa harus menulis” merupakan kalimat tanya terhadap seseorang tersebut dalam mengemukan alasannya sehingga dia harus mewujudkan isi pikirannya menjadi sesuatu yang dapat ditangkap oleh indra orang di sekitarnya.
Dapat di simpulkan “Pentingnya Menulis dan Kenapa Harus Menulis” merupakan suatu pernyataan motivasi dan semangat literasi yang lahir dari hati nurani seseorang yang menyatakan bahwa kegiatan menulis itu sangat penting dan mesti dilakukan oleh dia dan masyarakat disekitarnya.
- Pentingnya Menulis
Menulis bukan saja penting juga perlu dilakukan. Menulis itu penting dan yang terpenting menulis, kenapa demikian? Hal ini tidak terlepas dari aktivitas membaca dan menulis adalah perintah Allah Swt. Ayat Al-qur’an Tentang Pentingnya Menulis Wahyu Al-Qur’an mulai turun pada malam 27 Ramadhan 611 Masehi, ketika Rasullah sedang tafakur di Gua Hira dekat Mekkah. Nabi Muhammad menjawab lima kali, “Aku tidak bisa membaca.” Akan tetapi, wahyu bersikeras bahwa dia harus membaca. “Apa yang harus aku baca?” Rasullah akhirnya bertanya.
“Bacalah!” Demikian jawaban wahyu
“Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha pemurah; yaitu mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S al-Alaq [96]:1-5)
Firman pertama yang diturunkan Allah pada Nabi Muhammad Saw adalah perihal membaca, namun tindakan membaca ini juga mengandung hajatan sesuatu untuk dibaca. Membaca mempunyai kedudukan khusus dalam Alquran. Jadi, membaca dan menulis merupakan bagian penting dalam penemuan. Sebagai jalan yang akan membawa manusia pada kegemilangan, kesempurnaan, menciptakan kebudayaan, menghasilkan pengetahuan, membangun suatu peradaban dinamis dan maju serta menanamkan pemikiran kritis kepada manusia.
“Membaca dan menulis adalah perangkat dasar yang telah diajarkan Tuhan kepada kita utuk berkomunikasi (Q.S al-Rahman [55}:4}
“ Hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya.” (Q.S al-Baqarah [2] :282)
Rasullah sangat menekankan pentingnya penulisan. Salah satu tindakan beliau lakukan ketika sampai ke Madina adalah menulis konstitusi bagi warga kota yang menjamin keamanan dan kemerdekaan beragama, sistem pajak, dan mekanisme penyelesaian konflik (Hamidullah 1975)
Pasca penaklukan Mekkah, Rasullah memaafkan orang jahat terhadap dia dan orang yang membencinya dan mengusirnya. Rasullah tidak membebaskan mereka itu begitu saja melainkan dengan membebani mereka dengan mengajari sepuluh orang muslim bagaimana membaca dan menulis. Membaca dan menulis adalah sandi utama Islam.
“Demi kalam (pena) dan apa yang mereka tulis!” Demikian awal surat al-qalam [68]: 1-2)
Pena bisa menganjurkan kebaikan dan juga bisa mendorong kejahatan. Kata-kata yang ditulis bisa mempunyai berbagai tujuan. Al-Qur’an mengajarkan kepada kita baik yang terucap atau yang tertulis selalu merupakan ungkapan niat etis dan moral seseorang maka Al-Qur’an membagi kata baik dan buruk.
Al-Qur’an dan hadis ada sampai saat ini, berkat adanya para penulis dan sahabat Rasullah yang sudah membukukan Al-Qur’an dan hadis.
- Kenapa Menulis itu Penting?
Menulis itu penting, bahkan bisa dikatakan sangat penting sekali dilakukan oleh seorang pendidik, terutama bagi seorang guru. Kenapa demikian? Berikut ini pernyataan tentang seberapa pentingnya dari menulis.
- Sebagai kebutuhan pokok dalam pengembangan profesi sebagai seorang guru.
- Untuk mendapatkan penghargaan dari pemerintah yaitu kenaikkan pangkat (publikasi ilmiah dan karya inovatif).
- Kalau tidak menulis maka pesan, amanah, peranan, dan kinerja yang sudah dilakukan tidak dapat diketahui/dibaca oleh atasan/penilai pangkat atau golongan.
- Menulis dapat menata dan menyusun seluruh pengetahuan yang masuk ke dalam diri menjadi arsip-arsip ilmu yang mudah diakses kembali menulis jadi terapi jiwa dan penyemangat dalam menjalani rutinitas
- Dengan menulis dapat berbagi dan mengapresiasi
- Penulis bisa jadi peneliti dan sebaliknya
- Dengan adanya menulis jadi ada yang dibaca
- Dengan menulis tercipta dunia tersendiri, dunia yang bisa dimiliki oleh orang banyak.
- Dengan menulis bisa menyampaikan suatu pesan yang secara lisan tidak bisa disampaikan.
- Dengan menulis akan memetik beberapa anugerah dari Allah dengan jalan yang tidak disangka-sangka
- Dengan menulis bisa mengendalikan dan mencerdaskan emosi
- Dengan menulis membuat rajin membaca.
- Tips Menjadi Penulis Produktif di Sela Kesibukan
Dewasa ini kata “sibuk” sudah menjadi trend dan memang sesuai dengan realita yang ada. Bisa dikatakan setiap lapisan masyarakatnya sibuk dengan rutinitasnya sehari-hari, terlebih laku seorang guru dewasa ini sangat sibuk dengan banyaknya pekerjaan pembelajaran yang harus dilakukkannya baik secara online maupun offline. Sehingga hampir tidak punya waktu untuk menulis. Karena menulis itu penting dan harus dilakukan, bagaimana cara menyiasati waktu yang ada. Berikut ini tips menjadi penulis produktif di sela kesibukan.
- Harus menemukan Strong Why kenapa harus menulis
- Membuat agenda menulis secara terjadwal serta menentuhkan deadline dengan diri
- Menulis target tulisan (tugas menulis, event, antologi atau solo) di papan tulis kecil atau di mana saja yang penting jadwal tersebut bisa selalu terlihat bersama anggota keluarga lainnya.
- Membawa laptop kemana-mana atau gunakan aplikasi Android
- Setiap ada waktu luang gunakan untuk menulis/membaca
- Ketika ada ide langsung ditulis
- Korbankan waktu istirahat untuk berkarya
- Memperhatikan deadline dari sebuah tulisan
- Gunakan kamera Hp untuk mengambil moment langka
- Menyegerakan pengiriman naskah sama penerbit/penyelenggara
- Mengantongi KBBI dan PUEBI
- Memperhatikan kuota internet dan pastikan posisi di wilayah terjangkau signal
- Memberi apresiasi terhadap diri sendiri pada setiap capaian target.
- Penutup
Tulisan ini ditutup dengan “Sepuluh Tips Memulai Menulis” dan “Quotes Menulis”
Tips Memulai Menulis, yakni: (1) Gemar membaca, (2) Setiap hari menulis, kendati itu hanya berupa tulisan singkat, (3) Menulis apa yang diketahui, (4) Menulis sebagai pengingat diri sendiri, (5) Posisikan diri sebagai pembaca (6) Lakukan riset (7) Kondisikan suasana menulis senyaman mungkin, (8) Komitmen dengan diri sendiri, (9) Evaluasi, (10) Revisi.
Quotes Menulis:
“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.” –Imam Al Ghazali-
“Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak.”–Ali Abi Thalib—
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” –Pramoedya Ananta Toer—
“Kita tidak perlu menunggu datangnya inspirasi itu, kita sendirilah yang menciptakannya.” –Stephen King—
“Menulis sebagai bukti bahwa kita perna ada, merupakan warisan tanpa sengketa untuk anak cucu.” –Lasma Farida–
- Daftar Pustaka
Saidulkarnain Ishak, 2014, Cara Menulis Mudah, Jakarta: PT Gramedia.
Turham, Penulisan Karya Ilmiah Bagi Penulis Pemula dan Mahasiswa (Teori dan Praktis), Takengon: STAIN Gajah Putih Press.
Literasi, Wikipedia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Literasi diakses pada 15 Oktober 2020.
Kupas Tuntas Jenis dan Pengertian Literasi, Guru digital. Diakses tanggal 15 Oktober 2020
[1] Saidulkarnain Ishak, 2014, Cara Menulis Mudah, Jakarta, PT Gramedia, Hlm, 5.
[2] Turham, Penulisan Karya Ilmiah Bagi Penulis Pemula dan Mahasiswa (Teori dan Praktis), Takengon, STAIN Gajah Putih Press. Hlm, vii
[3] “Literasi” Wikipedia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Literasi diakses pada 15 Oktober 2020
[4] “Kupas tuntas Jenis dan Pengertian Literasi”. Guru digital. Diakses tanggal 15 Oktober 2020
[5] “Mencermati Komponen Pengembangan Diri dalam PKB Guru”, Siedoo mengupas Pendidikan dari pelosok negeri. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020.
[6] “Tujuan Pendidikan Nasional Menurut UU.No 20 Tahun 2003 Pengertian dan fungsinya”, https://salamadian.com/tujuan-pendidikan-nasional/ diakses pada tanggal 15 Oktober 2020
[7] KBBI V, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan bahasa dan Pembukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia